PKB BARU, PARADIGMA BARU
Oleh : Bpk. Hariri

Yah kita hanya bertanya kenapa
dan mengapa hal ini terjadi? Kenapa kita tidak bisa berbuat banyak? Kenapa kita
hanya bisa menunggu tanpa action yang jelas? Dan sampai kapan ini terjadi?. Dan
selanjutnya muncul pernyataan Wah…
manajemen sekarang kan orangnya…., manajemen sekarang mah ….. dan
seterusnya. Karena memang Sejatinya kita (WKP) adalah mitra manajemen yang
semestinya diposisikan sebagai institusi organisasi kemitraan yang independen
yang dilindungi undang-undang perihal keberadaannya sekalipun para arsiteknya
ada pekerja perusahaan yang bersangkutan. Undang-undang
13 dan Undang-undang 21 mengatur kemitraan antara serikat pekerja dan
manajemen. Dimana yang namanya mitra posisinya sejajar dalam berunding
sekalipun dalam struktural perusahaan, mereka adalah bawahannya (pekerjanya).
Tapi harapan itu masih ada…, ditengah-tengan
kebuntuan itu ternyata masih ada harapan mana kala dilontarkannya ide
pembentukan tim kecil sebagai tahap awal perundingan untuk membahas pokok-pokok
bahasan PKB yang umum dan general. Bagaikan sepercik cahaya yang dilihat oleh
orang yang sedang tersesat dalam gua yang gelap gulita. Cahaya itu langsung
diburu dengan harapan bisa menemukan jalan keluar. Kalau bisa secepatnya
ditemukan (lebih cepat lebih baik demikian JK dalam kampanyenya). Demikian hal
nya dengan WKP ternyata harapan itu cukup mampu membangkitkan semangat untuk kembali
pada rel perjuangan PKB.
Persiapan yang sudah dilakukan
beberapa tahun silam kmbali direview. Dan selanjutnya kita siap berunding
dengan segala konsep, benchmark, argumen dan berbekal tata perundang-undangan
yang ada. Dalam maindset kami, Perundingan PKB adalah kemestian dan harus ada
dan terjadi. Satu hal yang mesti digarisbawahi bahwa garis perjuangan WKP
adalah jelas untuk kesejahteraan pekerja dengan mengedepankan intelektualitas.
Artinya segala langkah yang ditempuh adalah berdasarkan rasio dan pertimbangan
akal sehat kita dengan meminimalkan resiko dan mengedepankan dialogis. Sampai
sejauh ini WKP belum menempuh langkah-langkah frontal meskipun hal ini biasa
dilakukan oleh serikat pekerja pada umumnya tapi itu adalah alternatif yang
terakhir manakala dialog dan kesepakatan sudah tidak dapat dicapai.
Menurut kami ide pembentukan tim
kecil ini cukup brilliant dan merupakan salah satu alternative solusi dalam
kebuntuan ini. Dengan belajar dari proses perundingan-perundingan PKB
seblumnya. Perundingan alot dan sering sering berlarut-larut pada pasal-pasal
yang tidak substansional ditambah lagi seringnya deadlock pada pasal-pasal
krusial. Tugas dari tim kecil ini adalah menyepakati apa-apa yang bisa
disepakati dan menunda hal-hal yang masih diperdebatkan. Setelah hasil
kesepakatan tim kecil itu selesai dan diteruskan kepada pihak terkait barulah
dijadwalkan perundingan PKB sebenarnya.
Dan sekali lagi kita masih harus
menunggu dengan ketidak pastian pada waktu itu, ada suara bulan januari 2009,
tapi sampai akhir bulan belum juga ada hingga datanglah merpati pos itu membawa
surat ajakan berunding di bulan maret 2009. Seperti biasa laiknya sebuah
perundingan kita harus menyepakati dulu tata tertibnya sehingga perundingan
bisa berjalan dengan tertib dan lancar. Dan sekali lagi perdebatan alot dan
sengit terjadi dalam menyepakati konsep perundingan tersebut bahkan deadlock.
Sampai pada akhirnya kesepakatan ditunda pada hari H.
Pagi itu seluruh juru runding WKP
serasa disambar petir di siang bolong bercampur semringah senyum kebahagian
tatkala pola perundingannya berubah. Kenapa? Pada Perundingan PKB sebelumnya
kita selalu terbagi menjadi 2 kubu. Sehingga dari awal sudah tersetting bahwa
kita adalah dua kubu yang berlawanan yang sedang merundingkan suatu kesepakatan
artinya boleh dikatakan pada saat itu kita dalam posisi bermusuhan. Yah! Kubu
manjemen dan kubu pekerja. Tapi pada perundingan kali ini semua berubah 180
derajat. Setting tempat menjadi dua kubu tidak ada, yang ada adalah semua
berbaur menjadi satu. Dan yang paling dahsyat adalah ucapan manajemen kita
dalam hal ini diwakili oleh Bpk. Drg. HM. Arsyad, MM yang mengatakan bahwa pada
perundingan PKB kali ini harap seluruh pekerja berbaur satu sama lain dan saat
ini kita akan focus membahas PKB untuk mencari solusi yang menguntungkan
pekerja dan tidak merugikan perusahaan dan bukan untuk beradu otot saling
ngotot karena pada hakikatnya Kita juga adalah pekerja hanya saja amanah
pekerjaannya sbagai manajemen (pihak owner).
Kata-kata terindah yang kami
dengar ini sungguh menambah semangat kepada kami sehingga perundingan yang
dijadwalkan 3 hari ternyata dapat diselesaikan dalam tempo 1 hari dan
penandatangan kedua belah pihak pada keesokan harinya.
Paradigma “manajemen juga adalah
pekerja adalah pekerja” merupakan suatu kemajuan, paradigma ini sangat
komunikatif dan konstruktif dalam perundingan PKB dan dalam keseharian bekerja
tentunya. Karena kalau pola fikirnya pekerja maka kita akan berusaha untuk
senantiasa meningkatkan kinerja dan kita siap untuk dinikai kinerjanya sehingga
kritik dan saran adalah suatu yang biasa. Dan apabila kinerjanya turun maka aka
nada konsekwensi yang harus kita terima. Paradigma ini, juga sangat positif
bagi pekerja lainnya terutama dilevel pelaksana. Minimal ada semangat
kebersamaan dimana kita harus bersama-sama bekerja dengan giat untuk kemajuan
perusahaan ini. Dana yang paling penting menurut saya adalah kastaisme,
superiorisme dan konteks kekebalan terhadap peraturan yang selama ini diirikan
oleh pekerja lain bisa dieliminir. Dan akan lebih baik hal ini diketahui oleh
masyarakat RSPP seluruhnya untuk bersama-sama kita satukan langkah raih
cita-cita.
Oleh karena itu wahai saudaraku
sadarlah bahwa maju mundurnya suatu perusahaan ada ditangan kita, di tangan
manajemen dan di tangana pekerjanya. Manajemen dengan fungsi-fungsinya adalah
yang merencanakan dan mengkonsep program untuk menjalankan roda organisasi
perusahaan ini dan kita pekerja adalah yang menjalankan ide dan konsep
manajemen tersebut. Maka dari itu bekerjalah dengan baik sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Karena kerja keras dan apaun yang akan anda lakukan
untuk perusahaan pada hari ini akan menentukan nasib RSPP di masa yang akan
datang. Ingat eksistensi hari ini adalah buah perbuatan anda dimasa lampau. Dan
PKB yang kita buat hendaknya menjadi dasar pijakan kita dalam bekerja dan
menjalankan organisasi ini.
Dan bagaimana mungkin suatu
ide/konsep bisa dijalankan oleh pekerja dengan baik manakala pekerjanya tidak
sejahtera yang ada adalah pembebanan sehingga cepat atau lambat beban tersebut
semakin bertambah sampai akhirnya keberatan dan stak berhenti sehingga kondisi
ini akan memuncul suatu reaksi sampai kepada bentuk perlawanan. Oleh karenanya
kesejahteraan pekerja itu penting untuk menopang laju organisasi perusahaan
ini. Dan WKP berperan untuk mengontrol laju roda itu sehingga tetap berjalan
simultan pada prosnya dengan baik. WKP tidak menghendaki sejahteraan sesaat
tapi besok kita harus puasa dan kelaparan berlarut-larut karena harus berhemat.
Yang kami inginkan adalah kesejahteraan yang langgeng. Oleh karenanya PKB yang
kita buat senantiasa untuk kesejahteraan pekerja dan kemajuan perusahaan.
Sehingga tidak ada kata perusahaan menjadi rugi karena WKP-nya membuat PKB yang
merugikan perusahaan. Karena logikanya adalah kalau perusahaan rugi otomoatis
pekerjanya pun akan rugi, Bukan begitu?.
Aa Gym pernah berceramah perihal
konsep Manajemen Qolbu dengan 3M-nya. Bila kita ingin sukses maka “Mulailah
dari diri kita sendiri, mulailah dari lingkungan sekitar kita dan mulailah dari
yang kecil-kecil. Mari kita rubah paradigma lama kita. Mari kita maju bersama
hilangkan kegundahan, kecurigaan. Mari kita bahu membahu membangun perusahaan
ini dalam konteks kewajaran dan kekinian. Karena sesungguhnya suatu perusahaan
akan sejahtera mana kala pekerjanya sejahtera dan pekerja akan sejahtera
manakala perusahaannya sejahtera. So!
Lets go to freedom.. (wkpnews/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar